Transit

Perjalanan kali ini adalah menuju Kabupaten Selayar yang berada di Propinsi Sulawesi Selatan. Namun untuk mencapai Selayar, kami harus menggunakan penerbangan lanjutan dan satu-satunya dari Makassar yang ada setiap pagi jam 8 wita . Kondisi ini menyebabkan saya harus melakukan transit 1 malam di Makassar, ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Bagiku ini sudah cukup menarik karena terakhir kali saya sempat berkeliling kota ini adalah di tahun 1999, saat mengikuti proyek pengembangan sistem informasi Baseline Economics Surverys bersama Bank Indonesia dan IPB. Memang November kemarin saya juga sempat ke Sinjai, sekitar 4 jam perjalanan dari Makassar, namun ketika itu tidak ada kesempatan untuk berkeliling kota.

Pemberangkatan Jakarta-Makassar dilakukan dengan menumpang pesawat Merpati dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam, yang sudah dimulai dengan keterlambatan penerbangan (delayed) hingga 30 menit karena pesawat telat datang dari Surabaya. Kecurigaan akan kemungkinan pilot amatir semakin membesar manakala saya dan rekan beberapa kali mengalami ketidaknyamanan pada telinga alias bindeng. Ditambah pula beberapa kali pesawat menembus angin kosong menyebabkan saya tidak dapat sepenuhnya menikmati penerbangan ini. Sungguh saya kecewa dengan kualitas Merpati yang seharusnya lebih baik dari saudara mudanya yang baru saja terkena musibah, Lion Air.

Di bandara Hassanuddin lagi-lagi saya dibuat pusing dengan tidak adanya informasi dimana bagasi dari Merpati akan diturunkan. Monitor yang berada di atas ban berjalan tempat bagasi tidak ada satupun yang menunjukkan mana ban yang memuat bagasi dari Merpati. Mereka semua hanya menampilkan satu kata… "Hassanuddin". Huh sungguh mengesalkan.

Setelah puas bermain dengan bagasi, saya menuju hotel di kota Makassar dengan dengan menumpang taksi bandara. Taksi-taksi ini telah memiliki tarif standard antara 40rb hingga 50rb sesuai dengan tujuan. Jalanan lancar dan lengang kita lalui, untuk ukuran saya, termasuk tol Bosowa yang milik saudara dari Jusuf Kalla.

Pada awalnya saya bermaksud menginap di hotel Celebes, namun karena sesuatu hal ( baca harga ) akhirnya saya menginap di hotel Angin Mamiri yang kebetulan terletak di dekat Pantai Losari. Hotelnya tergolong bersih dengan rate yang cukup masuk kantong. Petugasnya sendiri berusaha meyakinkan saya bahwa rate yang diberikan olehnya adalah rate diskon dari harga published rate. Hal tersebut semakin dibuktikan takkala saya melihat sendiri brosur hotel tersebut di dalam kamar.

Target lanjutan malam ini adalah mengisi perut. Tentu saja saya memilih mencari makanan laut, dan berdasarkan informasi Warung Lae-Lae adalah solusi murah dan enak untuk makanan laut. Kebetulan pula warung tersebut berada pada posisi yang tiada jauh dari hotel. Dengan bergaya sok tau saya mencoba hunting warung itu sendiri, dan memang hasilnya jelas.. nyasar. Setelah berputar satu blok akhirnya saya menyerah dan menggunakan jasa becak. Dan ternyata warung tersebut memang tiada jauh dari hotel, saya hanya salah ambil belokan saat hunting tadi. Warungnya sangat ramai dan mungkin lebih tepat disebut restoran daripada warung, dan sialnya karena saya datang terlalu malam saya hanya kebagian makanan laut sisa. Bayangkan, cumi dan lobster kesayangan sudah habis. Sialnya saat pesanan ikan saya datang ternyata bumbu yang disediakan tiada sesuai dengan lidah saya.. aduh.. tawarnya mak. (Donie-Makassar. Foto using K500CameraPhone)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *