Adventures

Ah memang sungguh nyaman bila ke daerah. Tiada itu macet-macet yang menghadang di jalanan dan membuat kita harus bangun pagi untuk menghindarinya. Tiada rebutan kendaraan.. uhmm.. mungkin ada kali ya, tapi saya seh tiada merasakan itu. Dengan menumpak pada mobil hotel, jarak tempuh yang cukup jauh antara kota Makassar dan bandara dapat ditempuh hanya dalam waktu kurang dari 45 menit. Setelah mengurus tiket perjalanan DAS (Dirgantara Air Service) ke Selayar, saat check-in kami ditanyakan berat badan masing-masing. Mungkin mereka khawatir pesawatnya tidak dapat mengudara bila kami terlalu berat, ya karena untuk tujuan Selayar yang ada hanyalah pesawat tipe perintis. Dan beruntunglah saya karena semenjak lebaran kemarin pesawat yang digunakan adalah pesawat berpenumpang 21 orang. Tahun lalu mereka masih menggunakan pesawat berpenumpang 8 orang. Ini adalah pesawat terkecil yang pernah saya gunakan. Rekor pesawat terkecil sebelumnya adalah pesawat Hercules ketika berkunjung ke Ketapang di Kalimantan Barat pada tahun 1986.

Sudah pasti untuk pesawat tipe tipe CS212 ini saya dapat melihat kegiatan para sopir pesawat tersebut. Hiks… salah satunya bahkan menempelkan foto wanita di topinya. Penerbangan tidak ber-AC dan berisik ini berlangsung selama 30 menit. Saya sempat melihat seorang penumpang bahkan membawa penutup kuping untuk mengurangi kebisingan pesawat. Saya sendiri karena lelahnya tertidur dan tiada terpengaruh sedikitpun oleh suara berisik tersebut… memang pelor.

Pendaratan di Bandara Haji Aroepalla Selayar, yang boleh saya katakan lebih tepatnya lapangan parkir yang luas.. hehe, berlangsung lebih mulus bila dibandingkan pendaratan Merpati sehari sebelumnya. Panitia penyambutan sudah menunggu kami dan membawa kami ke hotel. Sepanjang jalan saya hanya melihat jalanan yang sudah mulai rusak aspalnya dan kondisi sekitar yang masih alami.. yah maklumlah, namanya juga daerah. Kurang lebih 20 menit perjalanan kami sampai di hotel atau lebih tepatnya Mess di kompleks Mesjid Agung Selayar. Menurut informasi, lokasi ini adalah tempat menginap paling bersih dan paling baik di Selayar. Alhamdulillah, mess ini sudah dilengkapi AC… fiuh dan lebih baik daripada hotel tempat saya menginap di Solok.

Food.. oh.. food

Makanan adalah kebutuhan untuk hidup dan sialnya saya sudah terbiasa dengan makanan yang penuh bumbu nan pedas. Sehingga saat lapar dan makan di Selayar ini saya mengalami kesulitan yang benar-benar membuat kepala pusing… makanannya tidak membuat saya berselera untuk makan. Makan siang hari pertama setelah mendarat adalah ikan bakar, cukup menyenangkan namun tiada jauh dengan Makassar bumbunya tidak berasa alias hambar. Dan sebagai peneman makan, kami juga disuguhi sop.. entah apa nama sop ini. Didorong faktor lapar, ikan bakar tersebut habis dengan menambah setengah ton garam dan merica kali yah.. haha.

Malamnya kami sepakat untuk mencoba makanan yang dinamai Mie Titi yang menurut salah satu rekan di Selayar merupakan favorit beliau. Di Selayar ini hanya satu penjual Mie Titi, yaitu Rumah Makan Surya. Setelah menunggu cukup lama akhirnya muncullah hidangan tersebut. Saya sempat tertegun melihat penampilan mie ini. Tampak seperti mie dan cap-cay yang dibanjur dengan air bubur. Dan saat mencoba.. kruk.. aduh .. ini Anak Mas di cap-cay kan kali yah. Mie-nya betul-betul kering. Saya langsung tiada bernafsu meneruskan makan. Namun faktor cacing berdemonstrasi di perut memaksa saya untuk melahap sayuran dan lauk kecuali mie-nya dan tentu tiada lupa pula menambah beberapa bumbu untuk menghilangkan rasa hambar.

Ketika mencoba masakan padang, hati ini kecewa sekali saat tahu tiada sambal hijaunya. Dan ya.. sepertinya masakan padangnya pun sudah disesuaikan dengan lidah Selayar karena bumbu-nya… lagi-lagi kurang rasa. Namun di restoran padang itu saya lebih senang memakan udang cabainya. Hmm.. eniwei, sepertinya tiada sayuran yah di Selayar ini.

Dengan harap-harap cemas saya mencoba masakan Jawa di alun-alun Selayar dekat dengan dermaga kapal penumpang. Saya mencoba memesan ayam goreng… dan hiks kok dikasi sop lagi yak. Akhirnya saya mencoba makanan khas Indonesia nan universal… Nasi Goreng.. dibungkus bang satu. Dan saat saya buka nasi goreng itu di hotel.. oalaa.. ini nasi merah sekali. Dicampur darah kali ya. Sempat bingung saat hendak memakannya, namun ternyata rasanya cukup lumayan, atau mungkin karena faktor perut kali yah.. sepertinya seh faktor perut.

Sigh… saya bisa kurus nih disini
(Donie-Selayar. Foto using K500CameraPhone)

5 Comments

  1. salam kenal Kak…ngebaca pengalamanx kakak swk2 dislyar,sy langsung ketawa terbahak-bahak hi33333…maklummmm…sykan org selayar asli… makanan yg pnh kk cobain jg pnh sy cobain semua…
    Sory ya kak…klo pengalamannya gak enak…. wdhhh….jd gak enak neh…kpn2 klo ke slyr lg mampir d rumah aja kak…ya,,itung2 bls “kesakithatian” yg pnh kk alami d kampungku yang tercinta(Hiksss…)…
    Ehhhhh…iya..mengenai pswtnya ya harap maklumlah kak…pesawat “wong deso” mang seperti itu…itupun hanya belas kasihan dari pemerintah sj kok..(he333)dari pada lwt darat yang bkn osteoporosis ya..mndg naik “capung” itulah kak…iya kan????

    ikha
  2. Waduh…, saya sudah seringkali mendengar nama selayar, cuma sama sekali belum pernah kesana. Rencana, ada keinginan untuk menjalankan masa bakti di Kab. Selayar (jika diterima). Mohon info lengkap tentang selayar dong mas doni, berapa harga tiket pesawat makassar-selayarnya. Oya, sebelumnya salam kenal ya…
    aku tunggu infonya…thanks

    Rendra
  3. kamasenamo selayar kodong banyak teman-teman kampus bertanya tentngeyar dimana? soaalx kurang media yang menerangkan tentank seyar,padahal selayar itu banyak sumberdaya hayati laut/bahari yang bisa dimamfaatkan disa.dan mempunyai te4 wisata bhari yang begitu ndah

    syamsul
  4. saya sering buka2 di internet kepingin liat2 wajah kota selayar saat ini, tapi sepertinya tdk kelihatan semua,seperti kompleks pertokoannya, saya tinggalkan selayar sejak thn 1981 saya lanjutkan kuliah di mmakassar dan thn 1985 saya kepapua sampai skrg, kepingin jalan2 keselayar lht kampung halaman, namun fator kesibukan tdk memungkinkan,tlg dong dimuat keadaan pusat perdagangan di panggiliang dan di bua-bua, sekedar pingin liat2 karena kangen kampung halaman juga, saya lahir disana thn 1961 sampai selasai sekolah di SMA thn 1981 baru saya lanjut kuliah dimakassar, saya juga salah satu pemain daerah memperkuat tim bola kaki PSSK, kalah itu bupatinya msh Drs,Anas Ahmad.

    HENRYANTO

Leave a Reply to ikha Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *