Yang terlambat, yang buru-buru, yang telat
ojek…ojek…ojek

Itulah sepenggal kalimat yang sering diucapkan seorang tukang ojek. Gayanya yang khas dan suaranya yang lantang memang menarik perhatian saya setiap kali saya turun dari kereta di stasiun cawang.

Dan hari ini saya berkesempatan untuk mencoba-nya. Dikarenakan kerusakan kereta, saya sampai di stasiun cawang tepat jam 10. Sudah sangat terlambat mengingat jadwal masuk kantorku adalah jam 10. Jarak antara stasiun dan kantor biasa ditempuh dalam waktu 30 menit bila menggunakan bis yang menggunakan jalan tol, dengan asumsi jalan tol lancar. Dengan pertimbangan kemacetan dan waktu menunggu kedatangan bis, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan ojek.. dan si tukang ojek yang lantang itulah yang saya pilih.
Negosiasi harga berjalan singkat, setengah panik saya bilang bahwa saya buru-buru. Setelah mengenakan helm proyek yang tidak layak dijadikan helm kendaraan bermotor maka melajulah ojek tersebut.
Dan luar biasa, tukang ojek ini benar-benar lihai. Entah pada kecepatan berapa dia memacu motornya, mungkin 80kmh atau 100kmh. Kelihaiannya terbukti dengan kemampuannya mencari celah antara kendaraan-kendaraan lain dengan tetap menjaga kecepatannya. Kemampuannya me-rem motorpun patut diacungkan jempol. Diapun mengakui bahwa sering ikut race di malam hari dan Valentino Rossi adalah idolanya.. nggak heran deh.
Tinggal sayalah di bangku belakang deg-degan serta serasa mau mati. Saya hanya bisa berdoa dan berharap agar cepat sampai ke tujuan 😀

N.B. Oh iya, waktu yang ditempuh ternyata hanya 15menit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *