Dua hari lalu saat menonton berita di sore hari saya dikejutkan dengan berita adanya daging celeng yang di campur dengan daging sapi di pasar tradisional. Yang lebih mengagetkan lagi ternyata hal itu terjadi di Pasar Merdeka Bogor… yang setiap hari saya lewati saat menuju Stasiun Bogor. Terungkapnya peristiwa peng-oplosan (pencampuran) tersebut secara tidak sengaja oleh Dinas Kesehatan Bogor yang tengah melakukan sidak (inspeksi mendadak) ke pasar tersebut. Menurut seorang pejabat yang diwawancari sebenarnya sangat mudah untuk membedakan antara daging celeng dan daging sapi yaitu daging celeng warnanya lebih kusam. Namun apabila dicampur dengan daging sapi asli dan transaksi dilakukan dalam penerangan seadanya (sebagai informasi, Pasar Merdeka Bogor merupakan salah satu pasar yang biasanya ramai di dini hari antara jam 3-6 pagi) maka dijamin akan sukar membedakannya.

Sungguh saya tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh para pelaku tersebut. Keuntungan sesaat? Bukankah dengan melakukannya dan bila terbongkar maka para pembeli dan konsumen menjadi tidak percaya terhadap kredibilitas pasar tradisional. Padahal saat ini pasar tradisional semakin tergerus dan semakin terpinggirkan oleh pasar-pasar modern dan raksasa. Fenomena ini saya lihat langsung takkala hendak membeli beberapa barang kebutuhan anak di salah satu supermarket modern di daerah Jembatan Merah Bogor. Antrian konsumen yang hendak membayar sudah mengular… panjang. Dan ditengah-tengah antrian tersebut beberapa konsumen berbisik-bisik membahas harga daging sapi yang terus melambung di pasar tradisional seiring dengan berjalannya bulan suci Ramadhan. Lalu, apakah hal ini pantas dijadikan alasan untuk mencampur daging celeng ke daging sapi hingga harganya kembali murah? Jelas TIDAK. Lalu apakah mungkin pasar modern juga tidak melakukan tindakan yang sama seperti pasar tradisional? Bisa saja, namun biasanya pasar modern tidak hanya menjual satu barang tapi bisa ribuan sehingga pengoplosan di satu barang yang mungkin hanya menguntungkan sedikit akan mengakibatkan ditutupnya pasar modern itu keseluruhan dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit… nekad bila si pengusaha tetap melakukannya.

Bila konsumen mulai beralih dari pasar tradisional ke pasar modern maka siapakah yang patut disalahkan? Pemerintah? Pedagang Pasar? Distributor? Tidak bisa begitu saja mencari kambing hitam. Sementara para oknum seperti pengoplos hanyalah salah satu alasan yang mempercepat konsumen beralih.
Mari kita tanyakan kepada diri sendiri… lebih senang berbelanja dimana?

2 Comments

  1. [QUOTE]Bukankah dengan melakukannya dan bila terbongkar maka para pembeli dan konsumen menjadi tidak percaya terhadap kredibilitas pasar tradisional[/QUOTE]

    Pihak berwajib musti mengusut sampai kepada juragannya dan menghukum seberat-beratnya semua oknum yang terlibat.
    Jangan sampai ini merembet menjadi isu-isu konspirasi SARA.

    Wallahualam.

    agungk

Leave a Reply to agungk Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *