Sebenarnya perjalanan ke Bali sudah direncanakan tidak lama setelah kami menikah di September 2004. Ketika itu bahkan tiket dan hotel sudah disiapkan. Sayangnya dikarenakan satu dan lain hal akhirnya perjalanan tersebut dibatalkan. Semenjak saat itu, saya menjanjikan istri untuk berlibur ke bali bilamana telah tersedia dananya.
Dan akhirnya pada bulan Desember 2006 kemarin janji tersebut dapat diwujudkan.

27 Des – Hari Pertama

Melihat keluar pesawat
Kami berangkat menggunakan pesawat Adam Air yang cukup pagi, akibatnya kami berangkat dari rumah kontrakan kami di Bogor pukul 3.30 pagi. Dengan menggunakan Angkot sewaan, kami menuju halte Damri setelah sebelumnya menitipkan Audina di rumah orang tua istri. Perjalanan Bogor-Bandara ditempuh Damri dalam waktu kurang lebih satu setengah jam. Sedangkan perjalanan Jakarta-Denpasar ditempuh dalam waktu satu setengah jam juga 🙂 Sehingga kami sudah menapakkan kaki di tanah Bali pada pukul 8:30 waktu Jakarta atau pukul 9:30 waktu Bali. Buat yang tidak tahu, waktu Bali itu lebih cepat satu jam daripada waktu Jakarta loh. Untuk hari pertama ini, saya dan istri menginap di Hotel Nikki di daerah Badung dan lebih banyak menghabiskan waktu di Kota Denpasar.

28 Des – Hari Kedua

Saya dan Istri

Dengan bantuan Pak Ahmad Zaenuri (aka Jejen) dari Abbey Travels, saya dan istri diijinkan menggunakan kamar kost yang biasa digunakan oleh kru Abbey Travels. Dan ini jelas mengurangi beban biaya penginapan kami. Terima kasih untuk Jejen dan Abbey Travel.
Nah dengan menggunakan mobil sewaan plus supir yang cukup mahal (hiks hiks), kami berdua berkeliling melihat obyek wisata di Bali.
Perhatian, entah kenapa di Bali itu tidak ada angkutan umum loh… duh, asli membuat biaya transportasi itu menjadi sangat mahal…

Pantai Kuta
Pantai Kuta
Dan obyek wisata yang kami lihat pertama kali adalah Pantai Kuta. Sudah cukup berubah sejak terakhir kali saya kesini di tahun 2003 (saat mengerjakan proyek Sea Port Management System untuk Pelabuhan Laut Semarang). Yang paling jelas terlihat adalah semakin banyaknya orang yang melakukan "surfing". Terus terang agak sedikit mengganggu, karena jadinya tidak bisa menikmati pemandangan Pantai dengan baik. Entah sejak kapan Kuta jadi banyak peselancar.
Kuta Lagi

Namun berjalan menjauhi para peselancar saya menemukan bahwa semakin lama Pantai Kuta semakin sepi. Tampaknya dampak Bom Bali I dan II masih sangat terasa, dalam artian parawisata Bali masih belum pulih sama sekali.

Pantai Sanur
Bergaya di Pantai Sanur
Karena mendung kami tidak dapat melihat Matahari Tenggelam di Pantai Kuta. Akhirnya kami menyempatkan diri bergegas ke arah Pantai Sanur. Kami sampai menjelang maghrib dan disambut dengan gerimis kecil. Berbeda dengan Pantai Kuta yang ramai, Sanur sangat sepi. Tidak banyak wisatawan disana. Pada waktu terakhir saya ke sinipun (sekitar tahun 1999 untuk proyek Baseline Economic Survey-nya Bank Indonesia), Pantai Sanur lebih sepi daripada Pantai Kuta. Apalagi sekarang … sigh.

Sea Food di Jimbaran
Sea Food a`la Jimbaran
Hari ini ditutup dengan makan makanan laut di Jimbaran. Dengan diantar IGN Khris Purnawarman, rekan kuliah saya saat di S1 Ilmu Komputer IPB dahulu. Sambil makan saya dan Khris bertukar cerita mengenai masa lalu dan keadaan rekan-rekan kuliah yang lain, sementara istri saya menikmati kepitingnya. Thanks Khris atas makan malamnya yang enak. Oh ya, tak lupa Khris juga memperlihatkan lokasi Bom Bali II.

29 Des – Hari Ketiga

Belanja Apa Lagi Ya?
Hari ini adalah hari terakhir kami di Bali dan rencananya kami akan pulang kembali ke Bogor menggunakan pesawat Garuda yang berangkat jam 19.45 waktu Bali. Karena itu tema hari ini adalah… BELANJA. Yup, belanja oleh-oleh. Belanja souvenir. Pokoknya belanja. Nah, target pertama adalah makanan maka pemberhentian pertama adalah Pasar Badung untuk mencari Salak. Istri akhirnya memilih membeli Salak Pondoh dan Salak Madu aka Gula Pasir. Dan sebelum kami melaju menuju Pasar Sukowati, saya menyempatkan diri Sholat Jum’at di salah satu mesjid yang terletak tidak jauh dari Pasar Badung. Ternyata cukup banyak juga orang muslim di Bali ya. Di Pasar Sukowati, istri berbelanja beberapa barang pesanan dan beberapa kenang-kenangan.

Musholla Matahari Kuta
Tapi sebelum pulang, kami kembali mengunjungi Pantai Kuta.Lagi-lagi untuk yang tidak tahu, Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali itu letaknya tidak seberapa jauh dari Pantai Kuta…. kurang lebih 15 menit perjalanan bila tidak macet 😀
Saat di pantai, kami sempat panik karena tidak ada satupun tanda-tanda adanya musholla atau masjid. Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya kami menemukan musholla di lantai dasar dari Matahari Pantai Kuta. Alhamdulillah.

Check In Pesawat

Setelah bermain-main di pantai, kami akhirnya bergerak menuju bandara. Jarak pendek antara Pantai Kuta dan bandara terasa lama karena kemacetan. Agak sedikit panik juga karena waktu semakin menipis. Namun setelah sampai di bandara akhirnya kami memperoleh kabar bahwa pesawat mengalami keterlambatan.

Enjoy Executive Lounge

Nah sambil menunggu kedatangan pesawat, kami memanfaatkan fasilitas dari kartu kredit emas yaitu Airport Lounge. Tempat duduk nyaman, makan gratis, minum gratis…wah betul-betul nyaman. Namun sayangnya variasi makanannya tidak sebanyak di Bandara Juanda ataupun Makassar. Dan disini saya sempat ditawari kartu kredit platinum oleh seorang sales.
Menunggu kurang lebih satu jam akhirnya kami naik juga ke pesawat. Setelah di udara akhirnya kami mengetahui mengapa pesawat mengalami keterlambatan… ternyata karena cuaca yang sangat buruk. Beberapa kali pesawat terasa bergoyang-goyang. Namun akhirnya pesawat bisa mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno-Hatta. Kami sampai di jakarta pada kurang lebih pukul 9 malam. Dan lagi-lagi dengan menggunakan Damri kami sampai di Bogor pada pukul 11 malam. Lalu menggunakan taksi berpelat hitam kami pulang ke Bukit Asri. Sempat nyaris terjadi insiden karena supir taksi mengatakan bahwa bensin mobilnya hampir habis dan hampir semua penjual bensin tutup, baik yang resmi maupun tidak. Namun kami dapat sampai ke rumah di Bukit Asri dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Alhamduillah… selesailah sudah trip kami ini.

30 Des – Sudah di Bogor Lagi

Penumpang Gelap
Hal yang pertama kali kami lakukan di pagi hari setelah kedatangan kami adalah menjemput sang putri, Fauziah Audina, dari rumah orang tua istri. Saya dan istri sudah kangen dengannya. Dan ternyata Audi juga kangen. Terlihat sekali betapa bungah-nya dia saat melihat kami… tertawa-tawa senang sambil berjalan berkeliling. Dan dengan semangat Audi membongkar barang-barang yang kami bawa. Bahkan dia mencoba masuk kedalam koper kami… 😀
Ah.. kami sudah kembali lagi ke Bogor… alias kembali lagi ke rutinitas harian nih.

6 Comments

  1. Pingback: isnandi journal » Blog Archive » AirAsia… Now Everyone Can Fly

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *