Gerbang Tol Malaysia
Bila anda sering menggunakan jalur tol seperti saya ketika di Indonesia sepertinya mulai merasa perlu berlangganan. Sehari saja saya sudah menghabiskan biaya tol IDR23,000 meliputi ruas tol Jagorawi dan ruas tol Dalam Kota Jakarta. Namun model langganan yang masih berbentuk karcis dan memiliki masa berlaku sungguh sangat tidak menarik. Apalagi karcis tersebut tidak berlaku secara umum, hanya berlaku pada ruas tol yang tertera di karcis. Duh sungguh tidak efisien.

Di Malaysia, mereka sudah mengembangkan proses pembayaran berlangganan secara elektronik. Dengan bermodalkan kartu Touch’nGo (TNG) anda berarti sudah berlangganan di hampir seluruh ruas tol yang ada. Sejauh yang aku lewati selama disini sih semuanya menerima kartu TNG ini. Modelnya seperti pulsa telepon. Anda membeli kartu plus pulsa-nya sekian ringgit. Setiap kali melewati gerbang tol, anda menempelkan kartu TNG ke mesin TNG. Mesin tersebut kemudian akan mendebet pulsa dari kartu anda senilai biaya tol. Dan bilamana anda hendak mengisi ulang maka anda dapat melakukannya di gerbang tol tertentu atau di kantor pengelola tol atau di beberapa kedai tertentu. Sejauh ini belum ada fasilitas pengisian pulsa TNG melalui internet, tapi saya yakin tidak lama lagi akan tersedia.
Selain itu, tersedia juga pengembangan dari TNG yaitu SmartTAG (TAG). TAG ini memerlukan alat yang dapat diletakkan di dalam mobil anda. Anda tetap memerlukan kartu TNG yang dimasukkan ke dalam mesin TAG ini. Saat mobil memasuki gerbang TAG, maka gerbang TAG akan memancarkan radio yang berkomunikasi dengan alat TAG di mobil anda. Dan kemudian melakukan transaksi dan membuka portal secara otomatis. Keuntungannya anda tidak perlu membuka jendela dan menempelkan kartu TNG ke mesin TAG.
Apa keuntungan dari langganan elektronik seperti ini?
Jelas cukup banyak bagi pengelola tol. Salah satunya pengurangan biaya kertas, biaya operator penjaga gerbang, kemungkinan penerimaan uang palsu serta beberapa keuntungan lainnya.
Kerugiannya? Jelas ada juga… penggunaan teknologi tinggi berarti memerlukan pemeliharaan yang teliti juga. Belum lagi masalah yang timbul karena kerusakan alat. Bahkan menurut rekan yang telah lama menggunakan TNG, dia lebih memilih TNG karena TAG lebih sering bermasalah. Belum lagi akan adanya pengurangan tenaga kerja, padahal Indonesia masih memiliki terlalu banyak penganggur. Seperti kata Irvan, rekan saya waktu kuliah di IPB dulu, Indonesia itu lebih memerlukan pekerjaan yang Padat Karya (Banyak Pekerja) daripada Padat Modal… Bila perlu menggali saluran air pakai sendok agar semakin banyak pekerja 😀

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *