Sore ini seperti biasa kami pulang dari kantor pukul 16.30. Dan seperti biasa pula kami berjalan dari arah kantor ke jalan raya yang dilalui mikrolet. Namun berbeda dengan biasanya, kali ini istri saya mengeluh bahwa perutnya keras sekali dan terasa agak sedikit tegang. Saat di mikrolet pun istri saya tidak banyak bicara dan lebih sering memegang perutnya. Dia kembali mengeluh bahwa agak terlalu keras pada perut bagian bawah. Istri mengatakan bahwa kondisi ini sudah dimulai semenjak dia mengikuti acara IDNIC siang tadi. Sungguh rahmat Illahi, kemacetan di depan Cempaka Mas tidaklah separah kemarin sehingga kami sampai di perempatan Honda pada pukul 17an. Saat turun dari mikrolet tersebut istri mengatakan bahwa dia sepertinya butuh tiduran karena perutnya benar-benar terasa mulas dan sakit. Saya agak sedikit bingung dan menyarankan untuk mencari minuman hangat, namun dimanakah ada minuman hangat di sekitar tempat itu??? Kita akhirnya sepakat untuk tetap mencoba menunggu bis dimana istri bisa duduk dengan nyaman.

Saat menunggu, tampaknya keadaan ketegangan kandungan istri semakin parah. Saya mencoba membantu menghilangkan ke-stress-an istri dengan mencoba mengajak bercanda dan membawanya tersenyum, namun tampaknya kurang berhasil. Istri akhirnya hanya dapat bersender kepada saya sambil menunggu bis ke Bogor datang. Namun ketika bis pertama datang kami memilih tidak naik karena bis itu sudah penuh sekali. Saya berusaha menenangkan istri dengan mengusap kandungannya yang terasa keras, agak ragu.. saya bertanya kapan terakhir kali Sang Jabang Bayi bergerak? Dan istri menjawab tidak jelas, bahkan sepertinya sudah agak lama tidak bergerak. Saya agak panik, ya Allah jangan sampai terjadi sesuatu dengan bayi kami. Saya berusaha agar kepanikan saya tidak terlihat oleh istri, namun sepertinya beliau merasakan sendiri dan terlihat semakin down. Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan taksi ke Bogor dan berpikir bila sampai Bogor masih belum juga ada gerakan maka istri akan saya bawa langsung ke dokter.

Alhamdulillah ada sopir Blue Bird yang mau mengantarkan kami ke Bogor. Istri langsung rebahan bersender kepada saya. Dalam kemacetan perempatan Coca Cola, saya berusaha menenangkannya dengan mengatakan bahwa saya merasakan tendangan sang bayi, walaupun saya ragu apakah itu tendangan atau napas istri saya. Tampaknya istri masih belum mempercayainya sampai ia merasakan sendiri. Berulang kali ia meletakkan tangannya di berbagai posisi mencoba mencari tanda-tanda kehidupan sang bayi. Setelah itu ketegangan perut istri saya berangsur-angsur hilang dan alhamdulillah, Sang Jabang Bayi memberikan tanda kehidupannya ketika taksi sudah berada di atas jalan tol. Tendangan kuat dua kali ditambah beberapa tendangan beruntun. Dan saya lihat bulir air mata kelegaan mengalir dari mata istri. Ahh.. betapa kami sudah sangat mencintai bayi yang akan lahir ini. Alhamdulillah ya Rabbi, engkau masih menjaga bayi kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *