Saat dikonfirmasi mengenai dokter kandungan yang diinginkan istri, Dr. Hidayat, diperoleh informasi bahwa harus melakukan booking minimal 1 minggu sebelumnya. Akhirnya kami sepakat untuk berkunjung ke dokter sebelumnya, yang kami yakini bernama Surya (begitulah yang tertulis di papan nama klinik). Walaupun sempat deg-degan karena digangguin pak Surya (ini pak direktur, bukan pak dokter) dikarenakan beredar gosip bahwa dokter kandungan itu pernah ada kasus. Namun dengan keyakinan bahwa minggu depannya kami akan periksa lagi ke Dr. Hidayat, akhirnya kami datang ke klinik depan rumah.

Berbekal pengalaman, kami memastikan terlebih dahulu apakah dokternya telah datang atau belum melalui telepon. Sungguh saya berterima kasih kepada pak Graham Bell karena telah menemukan benda bernama telepon ini. Pak dokter ternyata baru datang jam 8an lagi dan kali ini beliau terburu-buru. Dengan tidak menunggu lama akhirnya kami masuk ruang periksa.

Diskusi sedikit, terutama mengenai mual dan gangguan hormon istri, istri akhirnya di USG. Aduh terharu sungguh melihat calon bayi saya. Masih sebesar biji kacang, mungkin kurang kali yah karena menurut pak dokter panjangnya baru 11mm. Dan menurut pak dokter lagi umurnya sekitar 7 minggu. Pak dokter juga memberi tahu bahwa mungkin sang janin baru berumur 5 minggu bila memperhitungkan masa pembuahan yang 2 minggu. Pak dokter juga menitipkan oleh-oleh tagihan periksa dan foto USG serta obat sebesar Rp 110ribu yang tiada semahal pak Mdamt, huh.. pasti kamu diporotin sama rumah sakit.. saya yakin.

Uhum.. ternyata nama dokternya Dr. Budi, aduh maaf, bukan maksud saya tidak mau kenalan, maaf tapi saya benar-benar menyangka pak dokter itu namanya Dr. Surya. Ketika dikonfirmasi dengan suster ternyata dokter di klinik itu ada dua, yaitu Dr. Surya dan Dr. Budi. Huh.. leganya kami berdua karena pak dokter kami bukan yang digosipin. (Donie-Bogor. Foto using K500CameraPhone)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *