Kasus Ahmadiyah di Parung Bogor memang menyebabkan polemik berkepanjangan antara pejuang HAM serta Islam Liberal (apa pula ini) Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan Islam Konservatif. Bahkan dalam suatu wawancara terhadap pihak liberal di suatu harian jumpa pers bersama Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, pembicara pihak liberal Ulil Absar Abdala, tokoh JIL, sempat mengatai fatwa MUI tentang pelarangan Ahmadiyah adalah tindakan tolol dan konyol. Dzigh… tidak adakah kata yang lebih sopan lagi…
Namun menurut Pak Din Syamsudin dari MUI, fatwa MUI hanya melarang aliran Ahmadiyah yang menyimpang yaitu aliran yang mengakui pendirinya sebagai Nabi baru. Karena sudah jelas-jelas di Al-Quran dikatakan bahwa nabi terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. Kalaupun ada, dan itu merupakan salah satu tanda-tanda akhir jaman, adalah kemunculan kembali Nabi Isa A.S.
Apakah Ahmadiyah bentuk lain dari musuh-musuh Islam yang ingin memporak porandakan Islam? Bila memang salah kaprah dari hal-hal dan aturan yang jelas tertulis di Al Quran dan Al Hadits, maka sudah sepatutnya Ahmadiyah dilarang. Gak perlu lah denger lagi pejuang HAM, kebebasan beragama dan lainnya. Suru mereka kelaut aja.

540 Comments

  1. Kembalinya Pengikut Ahmadiyah di Tasikmalaya
    By Republika Newsroom
    Sabtu, 18 April 2009 pukul 07:39:00

    ”Asyhadu anllaa ilaha illallah Wa Asyhadu anna muhaammadarrasullullaah.” Dua kalimat syahadat itu bergema di Masjid Al-Barokah, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (17/4). Sekitar pukul 09.30 WIB, sebanyak 35 warga desa itu berikrar untuk memeluk Islam, satu-satunya agama yang diridai Allah SWT.

    Disaksikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Selawu, Nana Rohana, ke-35 warga desa itu secara ikhlas meninggalkan keyakinan lama mereka. Selama bertahun-tahun, mereka menjadi pengikut aliran Ahmadiyah –sebuah keyakinan yang telah dinyatakan ulama di berbagai negara di dunia sebagai paham keagamaan yang sesat dan menyesatkan.

    Seusai bersyahadat, dari wajah ke-35 warga desa yang terdiri atas 15 pria dan 20 wanita itu mengembang senyum penuh kebahagiaan. Dengan penuh kehangatan, mereka disambut warga dan jamaah masjid. Mereka pun bersalaman dan berpelukan erat. Semua umat Muslim yang ada di sekitar masjid menyambut kembalinya saudara-saudara mereka pada keyakinan Islam yang sebenarnya.

    Rona bahagia juga terpancar dari paras Eti Sukmawati (41 tahun). Warga Kampung Citeguh, Desa Tenjowaringin, Salawu, itu mengaku telah menganut ajaran Ahmadiyah sejak lahir. ”Saya memang menganut ajaran ini sejak kecil, tapi saya tidak mengerti banyak tentang ajaran ini,” tutur Eti kepada Republika.

    Selama menjadi pengikut Ahmadiyah, Eti mengaku hatinya selalu dibayangi kebimbangan. Dalam hati kecilnya, terselip sebuah ketidakpercayaan tentang sosok-sosok yang dijadikan panutan oleh jamaah Ahmadiyah. Sejak remaja, menurut Eti, dirinya tak bisa menerima sosok Mirza Ghulam Ahmad–figur yang diyakini pengikut Ahmadiyah sebagai nabi.

    ”Buat saya sosok itu tak lebih dari sebuah dongeng yang sering diceritakan orang tua sejak kecil,” ujar Eti menegaskan. Perlahan namun pasti, Eti pun mulai meninggalkan ajaran yang diragukannya itu setelah dipersunting Sughandi (45 tahun) pada 1990. Meski belum secara resmi menyatakan keluar dari Ahmadiyah, ia mengaku mulai mengurangi dan meninggalkan ajaran itu.

    Menurut Eti, suaminya sudah kembali ke ajaran Islam sejak lama. Beberapa bulan terakhir, tekadnya untuk meninggalkan Ahmadiyah kian membuncah. Dengan penuh keikhlasan dan tekad bulat, Jumat (17/4), ia pun bergabung dengan warga lainnya berikrar untuk memeluk agama Islam.

    Kisah yang hampir sama juga terlontar dari Tariyan (49 tahun). Pegawai negeri sipil (PNS) yang mengajar di salah satu sekolah dasar negeri (SDN) di desa itu mengaku sejak kecil telah menjadi penganut Ahmadiyah. Menurut dia, keluarga besarnya yang terdiri atas sembilan kepala keluarga (KK) merupakan penganut ajaran Ahmadiyah yang berasal dari negeri Hindustan, India.

    Ajaran itu, papar Tariyan, telah dianut keluarga besarnya sejak 1955. Sejak remaja, papar Tariyan, dia merasa janggal dengan ajaran Ahmadiyah yang diturunkan orang tuanya. Ia pun kerap melanggar dan menolak setiap perintah orang tuanya dalam melaksanakan ajaran Ahmadiyah.

    Sikap serupa juga dilakukan anggota keluarga yang lain. Perlahan-lahan, penganut Ahmadiyah pun mulai berkurang. Kini, kata Tariyan, tinggal enam KK lagi yang masih bertahan menganut ajaran Ahmadiyah. Menurut dia, banyak tata cara ajaran Ahmadiyah yang janggal.

    Selain itu, setiap penganut Ahmadiyah pun dibebani berbagai macam jenis iuran yang wajib dibayar kepada pengurus harian aliran itu. ”Ada sekitar 36 jenis iuran yang dibebankan kepada kami. Dan, itu harus dipatuhi jika tidak ingin kena masalah,” tuturnya.

    Wakil Ketua GP Anshor Kabupaten Tasikmalaya, Dudu Rachman, menyatakan, jumlah penganut ajaran Ahmadiyah di Kecamatan Salawu mencapai 3.500 orang. ”Hingga saat ini, sudah ada 33 KK yang telah berikrar kembali kepada agama Islam,” ujar Dudu. Pihaknya berharap, jumlah warga yang kembali kepada ajaran Islam bisa terus bertambah.

    Kecamatan Salawu yang berjarak 40 kilometer dari Kota Tasikmalaya, merupakan basis penganut Ahmadiyah di kabupaten itu. Di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Garut di sebelah barat itu, terdapat Desa Tenjowaringin yang sejak masa kolonial Belanda dikenal sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan ajaran Ahmadiyah. muslim ambarie

    Sumber: http://www.republika.co.id/berita/44809/Kembalinya_Pengikut_Ahmadiyah_di_Tasikmalaya

    Subhanallah….
    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya serta para sahabat ridhwanullahu ˜Alaihi ajmaâin.

    Nabi Lama
  2. Dari situs resmi NU:
    http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=12590

    Sikap PBNU tentang Ahmadiyah
    09/05/2008
    Berikut ini merupakan sikap resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tentang aliran Ahmadiyah pada tanggal 9-11 September 2005 di Bogor Jawa Barat

    1. Ahmadiyah adalah aliran sesat dan keluar dari Islam karena tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam Al Quran, As-Sunnah dan ijma’ ulama. Sungguh pun demikian, masyarakat tidak boleh bertindak anarkis terhadap aktivitas yang dilakukan oleh kelompok Ahmadiyah. Pelarangan terhadap paham dan aktivitas Ahmadiyah sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah atau penegak hukum dan bukan wewenang seseorang atau kelompok.

    2. Dalam menyampaikan keberatan keberadaan aktivitas jamaah Ahmadiyah di lingkungannya, masyarakat diminta hendaknya mengedepankan cara-cara damai dan santun.

    3. Kepada umat Islam, diharapkan dapat mempelajari Islam secara komprehensif agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran-penafsiran keagamaan.

    4. Pemerintah diharapkan memiliki sikap yang tegas dan konsisten dalam menyikapi keberadaan aliran Ahmadiyah di Indonesia.

    Pimpinan Sidang
    KH Ma’ruf Amin
    KH Said Agil Siradj
    KH Masdar F Mas’udi
    HM Rozy Munir

    Nabi Lama
  3. Perhaps the most effective ploy that Mirza Ghulam Ahmad Quadiani came up with, to deceive innocent Muslims into accepting his prophethood claim was the issue of Essa death. This deceptive trick has been, over the times, so cleverly implanted into the brain of common Ahmadi that many Ahmadies still (sincerely) think that this is indeed the most important issue for Islam and Muslims and they want to talk about nothing but this issue.

    The type of brainwashing the Ahmadies were subjected to can be seen from the book Hiyat-i-Qudsi by Ghulam Rasool Rajheki, one of the most respected “scholars” of Ahmadiyya. On page 9 (part 3) of his book, he writes:

    This belief about Essa alive in heaven has caused more harm to Islam than anything else. Because of this belief hundreds of thousands of Muslims converted to Christianity because Christian preachers were able to prove that this belief renders Essa superior to Mohammad (saw).

    We will talk about how Christian preachers “proved” superiority of Essa due to this belief, later. First, let us talk about alleged conversion of “hundreds of thousands” of Muslims to Christianity. We hear about this mass conversion of Muslims to Christianity only and only from Ahmadiyya sources. There is no evidence that such a mass conversion ever took place. Even Christians don’t know that they had converted “hundreds of thousands” of Muslims. What happened to those “hundreds of thousands”? Where did they vanish? This was obviously a lie made up by Mirza Ghulam Ahmad Quadiani like many of his other lies.

    Now let us examine the allegedly devastating logic of Christian preachers that caused this rapid mass conversion. Page 10 (part 3) of the book describes that.

    Christian Padres, debating with Muslim molvies asked them, “If two persons are of the same status and one dies while the other is living then who would be considered superior?” Molvies, gave the “obvious” answer, “The person who is living will be conserved superior”.

    This logic of living being superior to dead is so horribly idiotic that I don’t even find it necessary to refute it. Would you consider Iblees superior because he is living while more than 100,000 while prophets of Allah have died? Was Yazeed superior to Hussain because Hussain died and Yazeed was living. Would you consider Musleemah Kazzab superior because he lived after the Holy Prophet (saw) had died.

    Also, if this logic is so strong then why did Christian Church forget it. Muslims, vast majority of them, still believe that Essa is alive in heaven, therefore, the logic still stands. Why don’t we see Christians using it? In fact they don’t even know if such a logic was ever used.

    Rajeki’s book also talks about Christian Preachers’ argument about allegedly humiliating and disgraceful manner in which the Holy Prophet (saw) escaped from Makkah at the time of Hijra. Let me tell you! This “argument” did not come from Christians: it was a product of Mirza Ghulam Ahmad’s perverted brain. In order to support his false claims, he, Mirza Ghulam Ahmad, argued that the manner of Holy Prophet’s escape from Makkah was humiliating and disgraceful! Rajeki did not hear it from Christians: he took it verbatim from the books of his spiritual master. It is possible that some low level Christian Priests could have borrowed this line from Mirza Ghulam Ahmad and might have used it, but we know that the majority of them has more sense and is at least a little more respectful of the Holy Prophet (saw) than Mirza Ghulam Ahmad was.

    Source:
    http://ahmedi.org/blog/blog1.php/2009/03/27/jesus-essa-death-issue-1#more62

    Nabi Lama
  4. Quoted from:
    http://z8.invisionfree.com/forumz1835/index.php?showtopic=4054

    Just wanted to show that according to MGA, the coming of Messiah has nothing to do with Islam. Mr Ahmadimuslim plz pay attention here :

    “First we should understand this that the belief of coming of Masih is not part of our Iman or it is part of our Deen. Coming of Masih is just a prophecy out of hundreds of prophecies and it has nothing to do with Islam. Islam was not imperfect when this prophecy wasn’t made and Islam did not become complete with this prophecy”.
    (RK vol3, Izala Auham Page 171)

    So Mr Ahmadimuslim, according to MGA, the coming of Masih is not part of our deen, then why do you insist that MGA will come and create the 73rd…?

    Nabi Lama
  5. Posisi JK-WR terhadap kasus Ahmadiyah:
    Berkomitmen untuk membubarkan Ahmadiyah

    Sumber: http://eramuslim.com/berita/nasional/habib-husein-kita-menolak-sby-karena-tidak-membubarkan-ahmadiyah.htm

    Posisi JK-WR di Pilpres:
    Terendah perolehan suaranya, hanya dengan mendapatkan dukungan dari kisaran 12% pemilih.

    Sumber: http://pemilu.detiknews.com/presquickcount

    Alhamdulillah Allah SWT masih melindungi dan menyayangi umat-Nya yang mencintai=Nya dengan tulus dan keikhlasan paripurna.

    Musuh-musuh umat pilihan-Nya di akhir zaman ini satu-persatu ditaklukkan dan dihinakan oleh Allah SWT sendiri.

    Semoga Allah memberi ampunan dan pencerahan akan kebenaran-Nya yang Maha Hakiki kepada kita semua. Amiin.

    Irenaeus Ahmad
  6. Bt Irenaeus,
    “Musuh-musuh umat pilihan-Nya”, musuh maksud Sdr adalah kami, umat Islam yg anti-Ahmadiyah, begitu?

    Semoga kita bisa merenung dengan ayat-ayat Allah berikut:

    Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. QS-7:30

    Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat, mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya.
    Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. QS-7:146

    Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka. QS-10:11

    orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.
    QS-14:3

    Maka itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan? QS-10:32

    Renungkanlah sebelum ajal datang.
    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya serta para sahabat ridhwanullahu ‘Alaihi ajma’in.

    Wassalam,

    Nabi Lama
  7. Bt Irenaeus Ahmad,
    Sandaran buat Anda adalah wahyu2 berikut:

    “Aku telah memperoleh wahyu bahwa siapa saja yan tidak mengikutimu dan tidak menyatakan sumpah setia kepadamu maka orang yang durhaka kepada Tuhan dan nabi-Nya akan menjadi penghuni neraka” (wahyu ini ia publikasikan pada tanggal 25 Mei 1900, lihat Mi’yar al-akhyar)

    ” Tuhan telah mewahyukan kepadaku bahwa siapa saja yang telah mendengar seruanku tetapi tidak mau menerimanya berarti ia bukan seorang
    Muslim” (lihat Zikir al-Hakim no:2)

    ” Aku akan sampaikan tablighmu keujung-ujung dunia. Dan siapa yang menghinakan engkau Aku akan hinakan pula dia.”

    Wassalam,

    Nabi Lama
  8. Sumber: http://www.almanhaj.or.id/category/view/81/page/1

    Berjihad melawan orang fasik dengan lisan merupakan hak orang-orang yang memiliki ilmu dan kalangan para ulama yaitu dengan cara menegakkan hujjah dan membantah hujjah mereka, serta menjelaskan kesesatan mereka, baik dengan tulisan ataupun dengan lisan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan : “Yang membantah ahli bid’ah adalah mujahid” . Syaikhul Islam juga mengatakan : “Apabila seorang mubtadi menyeru kepada aqidah yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, atau menempuh manhaj yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, dan dikhawatirkan akan menyesatkan manusia, maka wajib untuk menjelaskan kesesatannya, sehingga orang-orang terjaga dari kesesatannya dan mereka mengetahui keadaannya” . Oleh karena itu, membantah ahli bid’ah dengan hujjah dan argumentasi, menjelaskan yang haq, serta menjelaskan bahaya aqidah ahli bid’ah, merupakan sesuatu yang wajib, untuk membersihkan ajaran Allah, agamaNya, manhajNya, syari’atNya. Dan berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, menolak kejahatan dan kedustaan ahli bid’ah merupakan fardu kifayah.

    Wassalam,

    Nabi Lama
  9. Jadi Nabi Isa as sudah wafat atau belum sih? Jadi ada janji kedatangan Nabi Isa setelah Rasulullah saw enggak sih?

    Jadi gimana nih hehehehehe……

    Kalau Nabi Isa sudah wafat terus gimana datengnya dong?……

    Kalau Nabi Isa bakal datang ke sesuai dengan Janji Nabi Muhamad saw apa berarti Nabi Isa as masih hidup?Dimana? Umurnya udah berapa ya 2000 tahun kali? Terus gimana katanya sesudah nabi Muhamad tidak ada lagi nabi? Kok jadi enggak konsisten begitu sih umat islam?

    Mana ya pendapat Ulama yang bisa dipegang dan pasti?hehehehe

    Kayaknya sih pandangan ahmadiyah mengenai topik ini yang paling unggul.

    sedemir
  10. Padahal beda ahmadiyah dengan yang bukan ahmadiyah hanya soal penafsiran. Kaum ahmadiyah percaya Nabi Isa as sudah wafat, sedangkan yang bukan ahmadiyah percaya NAbi Isa masih hidup di langit. Ahmadiyah dan nonahmadiyah dua-duanya percaya bahwa Nabi Isa as dijanjikan akan datang oleh Nabi Muhamad saw. Jadi kaum muslim ahmadiyah dan nonahmadiyah sebenarnya sama keyakinannya cuma berbeda dalam mempersonifikasikan siapa Nabi isa as yang akan datang itu. Dua-duanya berhak untuk mempunyai penafsiran masing-masing. Sayangnya ada pihak non-ahmadiyah yang berusaha main paksa. segelintir kecil tapi bikin masalah besar.

    sedemir
  11. @nabi lama:

    ..ayat-ayat sandaran saya adalah:

    QS:4:170
    “Hai manusia, sesungguhnya Rasul telah datang kepadamu dengan kebenaran dari Tuhanmu; percaya karena itu, akan lebih baik untuk Anda. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

    QS 13:43
    “Dan orang-orang yang kafir berkata, ‘Engkau bukan Rasul.’ Katakanlah, ‘Cukuplah Allah sebagai saksi antara aku dan kamu, dan begitu juga dia yang memiliki ilmu Al Kitab.”

    Karena itu, berdasarkan petunjuk Al-Quranul Karimtersebut, dengan segala kerendahan hati, saya hanya bisa mengatakan kepada Anda, “Cukuplah Allah sebagai saksi antara aku dan kamu.”

    @All: Mohon dibaca:
    Khutbah Jumat Khalifah Ahmadiyah tentang Kecintaan Para Muslim Ahmadi pada Wujud Suci Rasullulah Muhammad SAW (sudah dialih-bahasa dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dengan Google Translate):

    http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F%2Fwww.alislam.org%2Farchives%2Ffriday%2FFSS20090313-EN.html

    Irenaeus Ahmad
  12. Beda saya dan Anda,
    Penafsiran Rasul di dalam Al Quran, buat saya yang disebutkan adalah Nabi SAW, buat Anda adalah MGA (keyakinan Anda akan MGA adalah bayangan Nabi SAW).

    Jadi Anda menyandarkan pada keyakinan bahwa MGA adalah nabi yang turun sesudah Nabi SAW, buat kami “la nabiya ba’di”.

    Keyakinan Nabi Isa yang turun buat kami bukanlah akidah, buat Anda akidah (karena mengingkari MGA, menurut Anda sama dengan kafir)

    Beda nabi, beda kepercayaan/agama.
    Saya Islam, Anda Ahmadiyah.

    “Akan ada di akhir zaman, para dajjal pendusta. Mereka mendatangkan kepada kalian hadits-hadits yang belum pernah kalian dengar, begitu juga bapak-bapak kalian. Hati-hatilah kalian terhadap mereka. Jangan sampai mereka menyesatkan dan memberikan fitnah kepada kalian.” (Diriwayatkan oleh penulis [Abu Ja’far Ath Thahawy –pent] dalam Misykatul Atsar [4/10] dan Imam Muslim [9/1])

    Wassalam

    Nabi Lama
  13. @Nabi Lama:

    Quote: “Beda nabi, beda kepercayaan/agama.”

    Apakah setiap Nabi selalu membawa agama baru?
    Musa dan Harun adalah Nabi. Mereka Kakak-beradik, hidup pada zaman yang sama. Apakah Harun punya agama sendiri? Untuk Nabi-nabi yang hidup setelah mereka, apakah masing-masing punya agama sendiri? Anda tentu tau jawabnya; mereka semua mengikuti Agama yang dibawa oleh Musa.

    Jadi keberadaan Nabi Syar’i dan Nabi Pengikut adalah Sunatullah / Kehendak Allah sendiri.

    Istilah pengkafiran. Secara Istilah, kafir berarti ‘pengingkaran’. Karenanya pemakaian kata Kafir pun ada tingkatannya karena tergantung konteksnya.

    Orang seperti Anda yang mengingkari Hz. Ahmad as. adalah orang yang kami anggap Kafir karena mengingkari kenabiannya. TAPI, itu tidak berarti saya mengatakan Anda kafir / ingkar dari Nabi Muhammad saw. dan Agamanya Islam. Dengan kata lain kami meyakini orang-orang diluar Ahmadiyah sebagai orang Islam sepenuhnya. Soal orang tersebut mengimani atau mengingkari Imam Zamannya (i.e. Al Masih Akhir Zaman), biar Allah Yang Maha Adil yang menghakiminya. Sepanjang pehaman kami, kami melakukan ini karena perintah Junjungan kita semua Rasullulah saw. juga.

    Soal Dajjal, kami mengakui kebenaran hadis itu. Seperti yang disebut di atas, tapi kami juga mengakui hadis-hadis tentang kedatangan Isa Al Masih, dan saya kira Anda juga mengakuinya.

    Jadi menurut hemat saya,
    Bedanya Anda dan kami adalah kami mengatakan Isa Al Masih itu sudah datang dan kami telah bai’at di tangannya. Sedangkan Anda masih menunggu wujud tersebut.

    Hanya itu perbedaan kita dari segi prinsip.

    Wassalam.

    Irenaeus Ahmad
  14. @Irhaneus
    “Sepanjang pehaman kami, kami melakukan ini karena perintah Junjungan kita semua Rasullulah saw. juga”

    Sudahkah Anda pahami hadist Nabi SAW yg saya nukilkan tsb?
    Siapa Dajjal pendusta itu?

    Dari perbedaan itu timbul akidah2 baru. Silakan renungkan, apakah MGA membawa akidah baru terhadap ummat Nabi Muhammad SAW.

    Perhatikan tulisan Muhammad Iqbal dalam ESENSI PAHAM AHMADIYYAH :

    “Para pembaca hendaknya jangan beranggapan bahwa saya mempergunakan bahasa metaforik. Sejarah kehidupan bangsa-bangsa menunjukkan bahwa apabila arus kehidupan dalam suatu bangsa mulai bergerak mundur, kemunduran itu sendiri menjadi salah satu sumber inspirasi, yang mengilhami para penyair, filosuf, wali, dan negarawannya,dan yang mengubah mereka menjadi kelompok rasul yang tugas satu-satunya adalah memuji-muji, dengan kekuatan seni atau logika yang merangsang, semua hal yang tidak terpuji dan jelek dalam kehidupan rakyat mereka. Para rasul ini secara tidak sadar menutupi kecemasan mereka dengan baju-baju gemerlapan yang berisi harapan-harapan, meremehkan nilai-nilai tingkah-laku yang tradisional dan dengannya menghancurkan kekuatan spiritual orang-orang yang akan dijadikan korban mereka.

    Orang hanya dapat membayangkan kondisi kehendak rakyat yang telah mengalami kemunduran, yang berdasarkan otoritas Ketuhanan, disuruh menerima lingkungan politik mereka sebagai sesuatu yang final. Jadi semua pelaku yang ikut ambil bagian dalam drama Ahmadiyyah tersebut, saya kira, hanyalah orang-orang tidak bersalah yang terbelenggu oleh kebodohannya. Drama serupa sudah pernah terjadi di Persia; tetapi ia tidak, dan bahkan tidak dapat memunculkan isu-isu keagamaan dan politik sebagaimana dimunculkan Ahmadiyya terhadap Islam di India. Rusia menunjukkan sikap tolerannya kepada paham Babiyyah[3] (yang muncul di Persia tersebut) dan mengizinkan para pengikutnya untuk mendirikan pusat kegiatan dakwahnya di Isyqabad. Inggris juga menunjukkan sikap toleran yang sama kepada paham Ahmadiyya dengan mengizinkan para pengikutnya untuk membuka pusat kegiatan dakwahnya di Woking (Inggris). Apakah sikap toleran Rusia dan Inggris ini didasarkan atas kepentingan penjajahanatau karena pandangan luasnya yang murni sulit untuk kita katakan secara pasti. Yang jelas bahwa toleransi ini telah menimbulkan berbagai persoalan rumit bagi Islam di Asia. Dengan memperhatikan struktur ajaran Islam,sebagaimana saya pahami, saya sama sekali tidak ragu-ragubahwa Islam akan muncul secara lebih murni (setelahterhindar) dari berbagai kesulitan tersebut. Waktu berjalan terus. Berbagai hal di India sudah berbalik arah.Semangat baru dalam demokrasi yang masuk ke India benar-benar mengikis keyakinan kelompok Ahmadi yang keliru dan meyakinkan mereka akan kegagalan total penemuan-penemuan teologik mereka.”

    Wassalam,

    Nabi Lama
  15. Alhamdulillah bertambah lagi setengah juta orang yang menghidmati Islam dalam naungan Jemaat Ahmadiyah (Qadian)

    Alhamdulillah ya Allah….

    Apakah ini suatu kebohongan………?

    Ini kebenaran

    Ahmad Walij
  16. Bt Ahmadi,

    “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 28)

    “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan Al Imam Al Albani)

    “Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka.” (Umar bin Abdul Aziz)

    Hanyalah kepada Allah kita memohon taufik-Nya.

    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan para shahabatnya.

    Wassalam,

    Nabi Lama
  17. The Latest Scandal of Ahmadiyya Mosque in Calgary, Canada

    Ahmadiyya Mosque in Calgary, Canada, was inaugurated with great pomp and show by the 5th Khalifa, Mirza Masroor on 5th July 2008. As is the usual practice of Jamaat, present at the inauguration was the Prime Minister of Canada, Mr. Stephen Harper who was joined at the opening by several federal and provincial politicians, including Liberal Leader Stéphane Dion. Its website http://www.baitunnur.org/ says that it is one of the largest mosques in North America which has been completed through individual donations of Ahmadiyya Muslim Community. Some people sold their houses to give CHANDA for the mosque. Ahmadis were proud that Prime Minister Harper was full of praise for them. Several Newspapers published articles on it.

    However all is not well and there is more than what meets the eye. According to newspaper reports from Canada (Calgary Sun and Calgary Herald) EllisDon Construction Services Inc. has filed a nearly $5-million lawsuit against Ahmadiyya Muslim Jama’at Canada Inc. It seems that Jamaat Ahmadiyya Canada had not paid them fully for the construction cost.

    The construction company says it entered into a written contract in June 2006 to build the 45,000-square foot Ahmadiyya Muslim Mosque, completed in late August this year, and that the contract was breached. Naseer Ahmad, an employee or agent of Ahmadiyya also named as a defendant, is alleged to have interfered with EllisDon’s contractual and economic interests with an an intent to damage its reputation. EllisDon alleges he “encouraged subcontractors to reduce their billings on the project and to make up the reductions on other projects; issued instructions directly to subcontractors to carry out additional work then refused to pay for the work; advised contractors that delays in payments arose from the contractor’s incompetence or misconduct; and attempted to persuade the project consultant to rescind approvals and certificates of payments that had already been issued. If the dues are not cleared, then the court may decide to sell the property to pay the dues. Question is what happened to all the CHANDA given by the Ahmadis? Who misappropriated the CHANDA collected? There are rumours about some high officials in the Jamaat of Canada using that money in stock market and loosing badly. Members of the Jamaat in Canada are rightly worried that they will be asked to make more CHANDA now!

    Read the newspaper reports here:
    http://calsun.canoe.ca/News/Alberta/2008/12/19/7802031-sun.html
    http://www.calgaryherald.com/Life/Calgary+company+sues+world+largest+mosque/1097192/story.html

    Officials of Jamaat Ahmadiyya Canada has of course denied these allegations leveled by the contractors and have in return accused them of doing sub-standard work. Who was suppose to supervise this work? Why this issue of sub-standard work was not raised before inauguration? Why Jamaat waited until after the lawsuit was filed against it by the construction company to raise the issue of sub-standard construction? Perhaps these questions will be answered only through the court proceedings. One wonders what else is going on with other such construction projects of Jamaat Ahmadiyya especially in Africa. Who knows!

    Nabi Lama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *